(ABU DARDA’ RA.)
Ia bernama Uwaimir dan populer dengan panggilan Abu ad Darda’ atau disingkat Abu Darda’. Pada awalnya, beliau adalah seorang Yahudi yang tinggal di Madinah. Kemudian, setelah ia mendengarkan dakwah Nabi Muhammad Saw., beliau berbaiat kepada Saw. untuk memeluk Islam. Pada waktu itu ia adalah seorang saudagar kaya yang cukup sukses diantara saudagar-saudagar kota Madinah. Sebelum Islam memeluknya, ia telah menghabiskan sebagian usianya dalam dunia perniagaan, bahkan sampai saat Nabi Muhammad Saw. dan kaum muslimin lainnya hijrah ke Madinah. Semenjak itu ia menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga terkenal sebagai seorang sahabat Nabi Saw. yang zuhud, abid dan ahli tentang hikmah illahi. Setiap tutur kata dan perilakunnya senantiasa mengalir hikmah Ilahiah yang menentramkan hati pendengarnya.
A. Kezuhudan Abu Darda’
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Abud-Darda’Ra., dia berkata, “Dahulu sebelum Nabi Saw. menjadi rasul, kami adalah para pedagang. Namun setelah beliau diutus sebagai rasul, aku ingin terjun kembali dalam perniagaan dan sekaligus rajin beribadah. Tetapi nyatanya, aku tidak bisa mantap dalam ibadah. Akhirnya kutinggalkan perniagaan dan mengkhususkan diri dalam ibadah”. Ia seorang yang bijaksana, berjiwa bersih, dan berhati mulia. Ia perna berkata, “Kebaikan bukanlah karena banyaknya harta dan anak keturunanmu, tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah bila semakin besar rasa santunmu, semakin bertambah banyak ilmumu, dan engkau berpacu menandingi manusia dalam mengabdi kepada Allah SWT.”. Ia pernah ditawarkan oleh Khalifah Umar bin Khatab untuk menjadi hakim di Suriah, tetapi ditolaknya. Kemudian, Khalifah memintanya untuk mengajarkan Islam di Suriah. Negeri Suriah (Syria) waktu itu adalah negeri yang makmur penuh dengan nikmat dan kemewahan hidup. Penduduknya banya yang mabuk dengan kesenangan dunia dan tenggelam dalam kemewahan, seolah-olah dihentakkan oleh peringatan dan nasihat Abu Darda’ Ra. Beliau mengumpulkan para penduduknya dan berdiri berpidato di hadapan mereka. Demikian isi pidatonya: “Wahai penduduk Syria, kalian adalah saudara seagama, tetangga dalam rumah tangga, dan pembela melawan musuh bersama. Tetapi, saya merasa heran melihat kalian semua, kenapa kalian tidak punya rasa malu ? Kalian kumpulkan apa yang tidak akan kalian makan. Kalian bangun semua yang tidak akan kalian huni. Kalian harapkan apa yang tidak akan kalian capai. Berapa kurun waktu sebelum kalian, mereka pun mengumpulkan dan menyimpannya. Mereka mengangan-angankan, lalu mereka berkepanjangan dengan angan-angan mereka. Mereka membangun, mereka kokohkan bangunannya, tetapi akhirnya semua itu jadi binasa. Angan-angan mereka menjadi fatamorgana. Dan, rumah-rumah mereka menjadi kuburan belaka. Merek itu adalah Kaum ‘Ad, yang memenuhi daerah antara Aden dan Oman dengan anak keturunan dan harta bendanya.”
B. Karamah Abu Darda’ Ra.
Benda-benda bertasbih disekitarnya.
Qais menceritakan bahwa ketika Abu Darda’ dan Salman sedang makan dalam piring besar, tiba-tiba makanan diatas piring itu bertasbih (kejadian ini disebutkan dalam kitab Hujjatullah ‘ala al-‘Alamin. Dalam Kitab Thabaqat al-Munawi juga disebutkan bahwa di antara karamah Abu Darda’ Ra. adalah ketika ia sedang makan dalam mengkuk ceper besar bersama Salman, makanan itu bertasbih. (Riwayat al-Baihaqi dan Abu Na’im). Pada suatu hari, Abu Darda’ menyalakan api dibawah tungku, di sampingnya ada Salman, terdengarlah suara tasbih dari dalam tungku itu, seperti suara anak kecil. Kemudian, tungku itu dibalik dan dikembalikan ke posisi semula, tetapi tidak sedikit pun makanan yang tumpah. Salman merasa heran, lalu berkata, “Lihatlah Abu Darda’ ! Tidak ada kejadian yang menyamainya” Abu Darda’ menjawab, “Seandainya engkau diam, maka engkau akan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang agung dan menakjubkan, yakni bertasbihnya mangkuk besar itu” (Riwayat al-Qusyairi).
By: agus s/admin LSIK UNIMUS, sumber: Karamah-Karamah Super Dahsyat Para Sahabat Nabi, Ustadz Rachmat Ramadhana al-Banjari,